Santri Pondok Pesantren Nurul Hayah Gelar Praktik Pengabdian Masyarakat: Wujud Dedikasi dan Kepedulian Sosial

Nurul Hayah, Ketanggungan — Pondok Pesantren Nurul Hayah kembali menggelar kegiatan tahunan yang sarat makna, yakni Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM). Kegiatan ini melibatkan para santri kelas akhir dari jenjang SMA dan Aliyah untuk terjun langsung ke masyarakat dalam berbagai bentuk pelayanan sosial, pendidikan, dan dakwah.

PPM tahun ini berlangsung selama satu bulan penuh, mulai dari 21 April hingga 21 Mei 2025, yang berlokasi di dua desa binaan: Desa Karangtengah dan Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Mereka melakukan berbagai aktivitas seperti pendampingan pembelajaran di SD/MI, pelatihan baca tulis Al-Qur’an untuk anak-anak, pendampingan belajar di madrasah diniyah, serta kerja bakti membersihkan fasilitas umum dan tempat ibadah.

PPM bertujuan memberikan pengalaman langsung kepada santri dalam menerapkan ilmu agama dan sosial yang mereka pelajari di pesantren ke dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk melatih kemandirian, kepemimpinan, serta membangun jiwa sosial dan empati terhadap sesama.

Dalam acara pembukaan kegiatan PPM, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hayah, Dr. KH. Ja’far At-Thayyar, Lc., MA., menyampaikan bahwa pengabdian kepada masyarakat adalah bagian penting dari perjalanan seorang santri.

“Santri tidak hanya belajar kitab, tapi juga belajar hidup di tengah masyarakat. Inilah pengabdian, inilah dakwah yang sesungguhnya. Santri harus bisa membawa manfaat di mana pun ia berada,” ujar Dr. KH. Ja’far At-Thayyar, Lc., MA.,dalam sambutannya.

Kegiatan PPM tahun ini mengusung tema “Mengembakan karakter santri melalui pengabdian masyarakat”. Tema ini dipilih untuk menekankan pentingnya peran santri dalam pemberdayaan masyarakat, tidak hanya sebagai pembawa pesan agama, tetapi juga agen perubahan sosial.

Haryanto, S.Pd., S.IP., M.Pd., selaku Direktur Pendidikan Yayasan Nurul Hayah, menegaskan bahwa kegiatan ini memadukan antara aspek spiritual, intelektual, dan sosial.

“Melalui PPM, para santri belajar untuk menjadi pemimpin yang melayani. Ini bagian dari pendidikan integral yang kami kembangkan. Ketika santri terbiasa terlibat aktif dalam kehidupan sosial, maka kelak mereka akan menjadi tokoh masyarakat yang bijak dan bertanggung jawab,” tutur Bapak Haryanto.

Antusiasme masyarakat dalam menyambut kehadiran santri PPM juga sangat tinggi. Beberapa desa bahkan meminta kegiatan ini dilakukan lebih sering karena dirasa memberikan dampak positif bagi warganya, terutama dalam hal pendidikan agama anak-anak dan kebersihan lingkungan.

Kepala Sekolah SMA Nurul Hayah, Tata Nugraha, S.Pd., juga menyampaikan bahwa

“PPM ini sejalan dengan semangat kurikulum merdeka belajar, di mana siswa tidak hanya ditekankan pada aspek akademik, tapi juga soft skill dan kepedulian sosial. Para santri menjadi lebih terlatih dalam komunikasi, kepemimpinan, serta pemecahan masalah nyata di lapangan,” ujar Bapak Tata.

Selain kegiatan lapangan, para santri juga diminta untuk membuat laporan kegiatan dan refleksi pribadi selama mengikuti PPM. Laporan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan bagi program serupa di tahun-tahun berikutnya.

Kegiatan PPM di Pondok Pesantren Nurul Hayah tidak hanya menjadi media pembelajaran, tetapi juga menjadi jembatan antara pesantren dan masyarakat. Melalui pengabdian ini, para santri belajar menjadi pribadi yang bermanfaat dan mampu membumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

 

Penulis: Muzakki Setyo Syahdani

Halal Bihalal Ponpes Nurul Hayah Ketanggungan Brebes: Memaafkan dan Dimaafkan Tradisi Halal Bihalal yang Menguatkan Jiwa Santri

Hari Rabu, 16 April 2025, Pondok Pesantren Nurul Hayah Ketanggungan, Brebes kembali menggelar kegiatan Halal Bihalal setelah libur Idulfitri 1446 H. Tradisi tahunan ini dilaksanakan sebagai wujud syukur dan mempererat tali silaturahmi antar santri, dewan guru, dan tenaga kependidikan.

Acara dimulai sekitar pukul 07.30 WIB di halaman utama pondok Banin (Putra) dan Banat (Putri). Seluruh santri baik Banin maupun Banat sudah bersiap dengan pakaian rapi, penuh semangat namun tetap menjaga ketertiban. Kegiatan diawali dengan pelaksanaan apel pagi, dipimpin oleh salah satu ustadz dan ustadzah dari jajaran dewan asatidz. Barisan santri tersusun rapi, mencerminkan kedisiplinan yang selama ini ditanamkan dalam keseharian mereka di lingkungan pesantren.

Setelah pembukaan dan laporan kegiatan oleh petugas acara, tibalah momen yang ditunggu: amanat dan tausiyah dari salah satu pengasuh pondok, Ustadz Ali. Dalam penyampaian amanatnya, beliau menekankan pentingnya makna Halal Bihalal sebagai proses memperbaiki hubungan antar sesama. Ia menyampaikan bahwa Idulfitri bukan hanya tentang kemenangan melawan hawa nafsu selama Ramadan, tetapi juga tentang keikhlasan dalam memberi dan menerima maaf.

“Santri tidak hanya diajarkan ilmu, tetapi juga adab dan akhlak. Halal Bihalal ini menjadi latihan hati untuk saling menerima kekurangan dan memperbaiki hubungan. Kita semua pasti pernah khilaf baik dalam perkataan maupun perbuatan. Maka hari ini, mari kita buka lembaran baru,” ujar beliau dalam tausiyah yang disampaikan dengan penuh kelembutan namun sarat makna.

Beliau juga mengajak seluruh santri untuk terus menjaga semangat Ramadan dalam kehidupan sehari-hari di pondok, dengan memperbanyak amal saleh, menjaga lisan, dan mempererat ukhuwah Islamiyah di antara sesama santri.

Sementara itu, Ustadzah Mutia salah satu pembimbing santri Banat juga membagikan pandangannya mengenai kegiatan ini.

“Momen seperti ini sangat penting bagi pembentukan karakter santri. Mereka belajar memaafkan, merendahkan hati, dan mengakui kesalahan. Saya sangat tersentuh melihat ketulusan mereka saat bersalaman. Ini bukan sekadar tradisi, tapi pembelajaran kehidupan,” tutur beliau.

Usai penyampaian amanat, acara dilanjutkan dengan sesi salam-salaman. Santri berbaris rapi untuk bersalaman dengan para guru dan para tendik. Tak sedikit yang tampak meneteskan air mata, baik karena rasa haru, penyesalan, maupun kebahagiaan. Proses saling memaafkan berlangsung hangat dan khidmat, menciptakan suasana yang penuh ketulusan dan keakraban.

“Rasanya adem banget pas salaman, apalagi ketika bisa minta maaf langsung ke teman-teman yang selama ini mungkin ada kesalahpahaman,” ujar Ahmad Nur Yasiin, salah satu santri kelas XI.

“Aku sempat nangis waktu salaman sama ustadzah terharu aja… karena merasa diterima dan dimaafkan,” tambah Maysa, santri kelas X.

Meskipun kegiatan Halal Bihalal di Pondok Pesantren Nurul Hayah berlangsung sederhana, tanpa hiasan berlebihan atau panggung megah, namun nilai-nilai yang ditanamkan jauh lebih berharga. Kesederhanaan tersebut justru menjadi kekuatan utama, mengingatkan bahwa inti dari Halal Bihalal adalah hati yang bersih, niat yang tulus, dan semangat untuk memperbaiki diri.

Acara ditutup dengan pembacaan doa bersama, memohon kepada Allah agar keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Hayah senantiasa diberikan keberkahan, kedamaian, dan kekuatan dalam menjalankan aktivitas ke depan. Setelah itu, seluruh santri kembali ke kegiatan harian mereka dengan semangat baru dan hati yang lebih ringan.

Melalui kegiatan ini, Pondok Pesantren Nurul Hayah sekali lagi menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam yang mendalam dapat tumbuh subur dalam keseharian para santri, tak hanya dalam ilmu, tetapi juga dalam akhlak, sikap, dan tindakan nyata.

 

Penulis: Muzakki Setyo Syahdani