Lomba Kultum di Pesantren Nurul Hayah: Santri Unjuk Bakat Dakwah Usai Tarawih!
Ketanggungan, Brebes – Dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, Pondok Pesantren Nurul Hayah Ketanggungan kembali menggelar lomba kultum bagi para santri. Kegiatan ini berlangsung setiap malam seusai salat Tarawih dan diikuti oleh perwakilan dari setiap kamar asrama. Lomba ini bertujuan untuk melatih keterampilan berbicara di depan umum sekaligus memperkuat pemahaman keagamaan di kalangan santri dan sebagai ajang pencarian bakat di bidang “Da’i Remaja”.
Lomba kultum yang diadakan tahun ini menjadi salah satu kegiatan yang paling dinanti oleh para santri. Setiap kamar asrama diwajibkan mengirimkan satu orang perwakilan untuk menyampaikan kultum di hadapan dewan juri dan seluruh santri yang hadir. Dengan adanya peraturan ini, setiap santri memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berlatih menyampaikan ceramah dengan baik dan menarik.
Sejak pengumuman lomba, para santri terlihat antusias mempersiapkan diri. Mereka mulai berlatih menyusun materi kultum, melatih cara penyampaian, hingga mempelajari teknik berbicara yang baik agar dapat tampil maksimal. Tidak hanya peserta yang sibuk mempersiapkan diri, tetapi juga teman-teman sekamar mereka yang memberikan dukungan penuh dengan membantu dalam persiapan.
Sagita, salah satu peserta lomba, mengungkapkan rasa senangnya bisa mengikuti lomba ini. “Saya merasa senang dan tertantang karena ini adalah kesempatan bagi saya untuk belajar berbicara di depan banyak orang. Awalnya saya merasa gugup, tetapi berkat dukungan teman-teman, saya jadi lebih percaya diri,” ujarnya.
Tidak hanya Sagita, peserta lain seperti Rahma juga mengungkapkan hal serupa. “Lomba ini bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi lebih kepada pembelajaran. Kami belajar bagaimana menyampaikan pesan dengan baik, memahami audiens, serta meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara,” katanya.
Lomba kultum ini berlangsung dengan penuh semangat. Setiap malam, selepas salat Tarawih, para peserta tampil satu per satu menyampaikan kultum mereka. Waktu yang diberikan untuk setiap peserta adalah sekitar 7-10 menit, dengan tema yang beragam, seperti keutamaan Ramadan, pentingnya ikhlas dalam beribadah, serta akhlak seorang Muslimah dalam kehidupan sehari-hari.
Dewan juri dalam perlombaan ini terdiri dari para ustaz dan pengasuh pondok yang telah berpengalaman dalam bidang dakwah. Mereka menilai peserta berdasarkan empat aspek utama, yaitu:
- Isi Kultum: Materi yang disampaikan harus berbobot, sesuai dengan ajaran Islam, dan memiliki pesan yang jelas serta bermanfaat bagi pendengar.
- Cara Penyampaian: Kemampuan peserta dalam menyampaikan materi dengan baik, mulai dari intonasi suara, kontak mata, hingga keterampilan dalam menarik perhatian audiens.
- Penampilan: Kerapihan dan kesesuaian pakaian serta sikap saat tampil di depan umum menjadi salah satu aspek yang diperhitungkan.
- Gaya Bahasa: Penggunaan bahasa yang lugas, mudah dipahami, dan sesuai dengan konteks pesan yang disampaikan menjadi poin penting dalam penilaian.
Selama perlombaan, suasana terasa sangat khidmat. Para santri yang hadir mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan kepada teman-temannya yang tampil, serta mendapatkan banyak pelajaran dari materi yang disampaikan.
Ustadzah Oka, selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hayah Ketanggungan, memberikan apresiasi kepada seluruh peserta dan santri yang telah berpartisipasi dalam lomba ini. Beliau menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya tentang mencari pemenang, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran bagi para santri untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan siap berdakwah di masyarakat.
“Lomba ini bukan hanya sekadar perlombaan, tetapi juga bagian dari pendidikan bagi santri. Dengan mengikuti lomba ini, santri belajar berbicara di depan umum, memahami cara menyampaikan dakwah yang baik, serta memperkuat pemahaman mereka terhadap agama. Kami berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan menjadi tradisi tahunan di pondok pesantren ini,” ujar Ustadzah Oka.
Lebih lanjut, beliau juga berharap agar para santri terus meningkatkan kualitas diri, baik dalam ilmu agama maupun keterampilan berbicara. “Menjadi seorang dai bukan hanya soal ilmu yang dimiliki, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya dengan baik kepada masyarakat. Oleh karena itu, santri harus terus belajar dan mengasah kemampuan mereka,” tambahnya.
Lomba kultum di Pondok Pesantren Nurul Hayah Ketanggungan telah menjadi ajang yang sangat bermanfaat bagi para santri. Tidak hanya melatih keberanian dalam berbicara, tetapi juga memperkaya wawasan keislaman mereka. Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan para santri semakin siap menjadi generasi penerus yang mampu berdakwah dengan baik dan membawa manfaat bagi umat.
Dengan suksesnya pelaksanaan lomba kultum ini, besar harapan agar kegiatan serupa terus dilaksanakan di tahun-tahun mendatang. Kegiatan ini bukan sekadar ajang perlombaan, tetapi juga wadah bagi para santri untuk mengasah keterampilan berbicara, meningkatkan rasa percaya diri, serta memperdalam ilmu agama.
Penulis: Muzakki Setyo Syahdani, S.I.Kom.